468x60 Ads

Senin, 14 Juni 2010

Larangan Berputus Asa dari Rahmat Allah dan Pesimis Terhadap Karunia-Nya

Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali

Allah SWT berfirman (artinya), "Mereka menjawab, 'Kami menyampaikan berita gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.' Ibrahim berkata, 'Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-Nya, kecuali orang-orang yang sesat'." (Al-Hijr: 55-56).
Allah SWT berfirman, "Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Yusuf: 87).
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas r.a., bahwa ada seorang lelaki yang berkata: "Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?" Rasulullah saw. menjawab (artinya), 'Syirik kepada Allah, pesimis terhadap karunia Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah'." (Hasan, HR Al-Bazzar [106/lihat Kasyful Atsaar], Thabrani dalam Al-Kabiir [8783, 8784 dan 8785], dan 'Abdurrazaq [19701]).
Kandungan Bab:
1. Rahmah (kasih sayang) merupakan salah satu dari sifat Allah berdasarkan ketetapan Al-Qur'an dan As-Sunnah, sifat kasih sayang yang layak bagi Allah sebagaimana sifat-sifat Allah lainnya.
2. Pengaruh sifat ini dapat terlihat jelas di alam semesta, khususnya pada makhluk hidup. Nikmat dan karunia-Nya merupakan bukti keberadaan rahmat Allah yang Mahasempurna dan Mahaluas.
3. Rahmat Allah meliputi segala sesuatu dan menaungi semua makhluk. Tidak ada satu pun di alam semesta ini kecuali mendapat siraman rahmat Allah SWT.
Allah 'Azza wa jalla berfirman tentang para Malaikat pengangkat 'Arsy dan Malaikat-malaikat yang berada di sekelilingnya, "Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan Neraka yang menyala-menyala." (Al-Mukmin: 7).
Allah SWT berfirman, "Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." (Al-A'raaf: 156).
4. Oleh sebab itu, pintu rahmat Allah terbuka bagi orang-orang yang telah menganiaya diri mereka sendiri untuk bertaubat.
Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang'." (Az-Zumaar: 53).
Dalam hadits Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda, "Sekiranya hamba Mukmin tahu siksa yang Allah siapkan di sisi-Nya, tentu tidak ada seorang pun yang berharap (optimis) bisa masuk Surga. Sekiranya orang kafir tahu rahmat yang Allah siapkan di sisi-Nya, tentu tidak seorang pun yang berputus asa (pesimis) masuk Surga-Nya."
5. Oleh sebab itu, berputus asa dari rahmat Allah SWT merupakan sifat orang-orang sesat dan pesimis terhadap karunia-Nya merupakan sifat orang-orang kafir. Karena mereka tidak mengetahui keluasan rahmat Rabbul 'Aalamiin. Siapa saja yang jatuh dalam perbuatan terlarang ini berarti ia telah memiliki sifat yang sama dengan mereka, laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 148-150.

alislamu.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sami'na wa atho'na.

Posting Komentar